Tuesday, December 30, 2008

Windows Vista Ultimate Wallpaper Series Pack

Kategori : Shell Replacements

Dukungan OS : Windows All
Ukuran : 5,8 MB
Sekumpulan wallpaper menarik untuk komputer Anda yang didesain baik un-tuk normal screen maupun yang sudah menggunakan wide screen. Dengan menggunakan wallpaper ini, desktop Anda akan terlihat seperti Windows Vista. Cara untuk mengganti cukup mu-dah, masih sama seperti cara mengganti wallpaper secara umum.( www.pcmedia.co.id)
selanjutnya baca..

Wednesday, December 24, 2008

Simpang empat jadi Simpang Baliho!

Simpang empat jadi Simpang Baliho!
(Kisarannews)
Bila kita perhatikan kota Kisaran akhir-akhir ini, nampak kian semerawut. Di beberapa jalan tanpak di atasnya spanduk terbentang besar-besar yang menginformasikan sosok caleg anggota dewan pada pemilu tahun depan. Di bagian yang lain tanpak spanduk yang di pasang sejajar dengan badan jalan, dengan memanfaatkan tiang telepon atau listrik, tak jarang pohon kayu pun menjadi sarana promosi yang dianggap murah dan efektif. Yang penting sang pengiklan dapat dilihat wajahnya, dan di baca semboyannya oleh kahlayak ramai.
Baca selanjutnya...

DIALOG KEBIJAKAN BUAT PEMUDA ASAHAN, SIA-SIA?

DIALOG KEBIJAKAN BUAT PEMUDA ASAHAN, SIA-SIA?

(Kisarannews)
Pada hari rabu, 24 Desember 2008 kemarin di Aula Disporabudpar Kab. Asahan Jl. Madong Lubis Kisaran di laksanakan bincang-bincang tentang penelitian dan pengkajian kebijakan pembangunan pemuda. Yang menghadirkan nara sumber dari praktisi pendidikan dan kalangan jurnalis. Sementara peserta berasal dari kalangan pemuda, mahasiswa, OSIS SMA/MA dan Pembina OSIS. Dialog ini di buka oleh Ka Dispora Drs. Jamal Abd Nasir Siregar yang dalam hal ini di wakili oleh Kabid Olah raga H. M . Yusuf. Sedangkan undangan peserta langsung dari sekretariat daerah, yang di tanda tangani oleh sekda Ir. Erwin Syahrul Pane, MM.
SELANJUTNYA BACA

Saturday, December 20, 2008

Gebyar Pendidikan “Guncang” Kisaran

Dalam rangka memeriahkan peringatan hari guru yang ke 63, Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan menyelenggarakan gebyar pendidikan mulai tanggal 20-23 Desember 2008.Dilaksanakan di lapangan sepak bola kompleks Universitas Asahan Kisaran, dengan mengikut sertakan seluruh dinas pendidikan kecamatan dan beberapa sekolah menengah atas yang berada di bawah departemen lain seperti MAN......
Baca selanjutnya

Sunday, December 14, 2008

“Black Hole” Pendidikan

“Black Hole” Pendidikan
Oleh : Muhammad Ali Hasyimi

Beberapa waktu yang lalu. Dengan gundah seorang teman yang berprofesi sebagai guru bercerita. Ia mengatakan,” saat sekarang ini, guru sudah tak memiliki arti di mata siswa kelas dua belas.” Wajahnya nampak menyiratkan kecemasan. Kemudian ia menjelaskan betapa susahnya ia menyakinkan siswanya di kelas untuk belajar. Dan bahkan tak jarang ia berhadapan dengan siswa, yang seolah-olah sudah yakin lulus tanpa belajar sama sekali. Luar biasa!
Sampai habis tahun pelajaran yang lalu, apa yang di keluhkan teman tersebut belum terbukti. Di sekolah tempat saya mengabdi, gejala itu belum tampak. Di sana-sini minat belajar kelas dua belas cukup tinggi. Sehingga sempat timbul asumsi , bila apa yang di keluhkan teman tersebut tak lebih bualan, atas kemalasan mengajar. Sayangnya , di tahun pelajaran berikutnya sampai saat ini, fenomena yang di sampaikan tadi mulai kentara. Di Kelas dua belas, siswa-siswa hanya belajar sekenanya. Tak sedikit pun tanpak gairah untuk belajar. Ada yang tiap hari hanya senyum, ada yang terus tertawa. Hanya sebahagian kecil yang masih tekun. Selebihnya betul-betul sudah yakin lulus Ujian Nasional ! Dan yang paling menyedihkan, gejala ini menghinggapi siswa kelas sepuluh yang baru mengenyam enaknya naik di tingkat menengah atas. Mereka malah lebih berani dalam bersikap. Terutama memberikan argumen dalam setiap persoalan yang tidak terkait dalam pembelajaran sama sekali. Sampai pada titik ini, saya harus mengakui kalau keluh kesah teman tersebut benar adanya. Ia jelas lebih sensitip terhadap lingkungan tempat ia mengabdi atau bisa di katakan lebih peduli. Tapi tak berdaya untuk memperbaiki!.
Dalam beberapa diskusi sesama guru kelas dua belas, mulai tampak benang merahnya. Hampir semua guru berasumsi bila gejala tersebut berhulu pada penyelenggaraan Ujian Nasional(UN). Sebagai syarat mutlak dalam menentukan lulus atau tidaknya siswa.



Black Hole Mulai Menghisap
Pendidikan sebagamana yang tertulis dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti; proses pendewasaan diri, atau juga bisa di artikan perubahan tingkah laku akibat proses latihan. Belakangan ini mengalami penyempitan arti. Sebahagian besar siswa memaklumi proses pendidikan di satuan pendidikan, dapat di katakan berhasil bila ia berhasil lulus dalam UN. Dengan arus informasi dan teknologi yang begitu pesat, di tambah dengan mentalitas aparatur pemerintah yang kurang tanggap terhadap perubahan kebijakan dan dinamika sosial. Ketakutatan akan ketidak lulusan dalam ujian akhir lambat laun bersimbiosis dengan ketakutan lembaga bila tidak berhasil masuk dalam tingkat kelulusan yang baik. Dalam skala kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP). Tingkat kelulusan yang baik harus lebih dari tujuh puluh lima persen. Ini segera saja memicu pihak lembaga pendidikan, khususnya sekolah mencari celah untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan berbagai cara. Baik yang boleh dan di benarkan, seperti bimbingan belajar sore. Atau yang di larang sama sekali, yaitu membentuk tim sukses yang di siapkan tanpa bentuk . Ini semua di kerjakan demi nama baik di mata masyarakat dan nama baik pimpinan di tingkat yang lebih tinggi.
Keberhasilan Tim sukses, dalam jangka pendek membuat pihak sekolah seperti ketagihan untuk mengulangnya di tahun depan. Berbagai upaya yang di lakukan oleh pihak-pihak yang peduli dengan pendidikan untuk membongkar keberadaan tim sukses, yang secara tidak langsung merupakan pengkhianatan terhadap pendidikan, layu sebelum berkembang. Contoh yang sempat mengharubirukan pendidikan kita adalah; kelompok air mata guru di Medan, yang kiprahnya seperti hilang di tengah gencetan birokrasi yang buruk. Ini pembelajaran pertama tentang pengkhianatan kita terhadap pendidikan.
Selanjutnya, indahnya keberhasilan tim sukses di sekolah juga berhasil secara signifikan menyakinkan orang tua. Yang tanpa sadar, memelihar tradisi tersebut untuk di lakukan secara berulang tanpa pernah memikirkan dampaknya dalam jangka panjang. Kepentingan sesaat sepertinya menjadi pilihan terbaik untuk menyelamatkan masa depan seorang anak di masa depan ? Masa depan inilah yang mestinya di pertanyakan. Masa depan yang mana? Masa depan yang ketika di tanyakan persoalan pelajaran ia menggeleng ? dan ia akan mengangguk saat di katakan ingin lulus?
Sampai pada titik ini, sebenarnya pendidikan yang kita laksanakan mengalami kemunduran yang luar biasa. Itu pun kalau tidak mau di katakan gagal. Bagaimana tidak ? pendidikan yang semula sangat sakral kini telah ternoda oleh kepentingan sesaat dan bersifat kelompok. Sementara kepentingan yang lebih besar, yaitu perjalanan sejarah bangsa ini terbaikan secara sengaja. Dengan melakukan kesalahan yang sama, terus secara berulang sehingga timbul dampak seperti sekarang ini. Yaitu generasi yang tidak siap untuk tidak lulus walau pun ia mengakui tidak bisa. Dalam bahasa sederhananya generasi sekarang ini adalah generasi yang tidak siap gagal karena ketidak mampuannya. Bahasa yang aneh tapi itulah yang terjadi. Seorang teman menyebutnya generasi kosong!
Generasi kosong, dengan ciri-ciri tidak memiliki kemampuan tapi ingin lulus. Menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan. Keberadaan mereka serta merta memaksa para pendidik untuk lebih kreatif lagi dalam berbohong, terutama berbohong dalam memberikan nilai. Upaya ini untuk memudahkan proses administrasi saat menjelang akhir tahun pembelajaran yang di buktikan oleh selembar ijazah sebagai pengesahan prestasi belajar yang hakiki. Semakin banyak generasi seperti ini, kian kuat daya tariknya untuk menghisap kita dalam memanipulasi pendidikan kita sendiri. Fenomena ini sangat mirip dengan teori black hole yang di kembangkan Stephen Hawkings; lubang hitam yang menghisap segalanya, entah itu benar atau pun salah. Pandangan senada dapat di gambarkan lewat ungkapan bijak yang mengatakan; sebuah kebohongan mestinya di ikuti oleh lima kebohongan yang lain agar terlihat benar.

Penutup
Dari paparan diatas, nampak jelas mendung yang siap menyelimuti pendidikan kita. Bila tidak segera di cari jalan keluarnya. Kondisi pendidikan kita akan semakin parah. Semakin sulit untuk di perbaiki, agar kembali kejalur pendidikan yang benar. Kita harus segera mencari akar persoalan. Memulai pencerahan baru yang lebih bijaksana, agar tidak sekedar mengeluarkan kebijakan. UN sebagai penyebab hendaknya di kembalikan pada fungsinya, yaitu sebagai alat untuk memetakan kondisi pendidikan Indonesia secara menyeluruh. Bukan sebagai justifikasi lulus dan tidak lulus!
Jika tidak, tiga lima tahun mendatang masa depan negara yang kita cintai ini berada di tangan yang tidak lagi mengenal pendidikan yang benar. Mereka lahir dari rahim pendidikan yang cacat , sehingga dewasa dalam keadaan invalid. Lalu menciptakan ruang kosong yang lebih besar dalam perjalanan sejarah kita kedepan, yang siap menelan kita hidup-hidup! Mudah-mudahn tidak.
( penulis adalah pengamat masalah pendidikan)


Bio Data Penulis
Nama : Muhammad Ali Hasyimi, S.Pd
Kelahiran : Panca Arga I. 26 Juni 1975
Pekerjaan : Guru Fisika
Tempat Kerja : MAN Kisaran
Alamat Kantor: Jl. Latsitarda Nusantara VIII- Kisaran
Kab. Asahan
Telp.Kantor : (0623) 44651
No. Hp : 085762842275-081260916757
e-mail : hasyimi75@gmail.com