Sunday, March 23, 2014

Ide Poros Tengah Baru Dan Konsekuensinya

(KN) Seperti ramalan lembaga survey di republik ini, jika Pilpres di laksanakan saat ini juga; Jokowi akan terpilih jadi Presiden periode 2014-2019, hal itu di dasari tingat elektabilitas Jokowi yang mendekati 45% suara pemilih. Berbagai lemba survei juga meramalkan Jokowi maju, pasangan Capres-Cawapres akan mengerucut jadi Maksimal 4 pasang, apalagi setelah di tolaknya gugatan Yusril oleh Mahkamah Konstitusi dengan alasan yang tak masuk akal, yang seharusnya memungkinkan ada 12 pasang calon.
Sayangnya, Pilpres baru di laksanakan 9 juli mendatang dan masih banyak kesempatan partai lain untuk memenuhi Presiden thershold 20%, buat partai Islam yang elektabilitasnya di luar lima besar kesempatan mengajukan Calon Presiden hanya dengan berkoalisi; membentuk kembali poros tengah baru yang pernah melambatkan Megawati jadi Presiden, saat PDIP seperti akan menang mutlak. Persis kondisi saat ini.
Kenapa ini penting? Kandidat kuat Presiden saat ini dalam posisi saling mengintip dan saling serang. Jokowi di sinyalir akun @triomacan2000 merupakan antek  konglomerat Cina, yang akan menjadikan Indonesia Singapura berikutnya. Prabowo punya cacat sejarah di tahun 1998, lewat akun yang sama Hary Tanoe pasangan Wiranto dicap Goergoe Soros Indonesia plus sengketa dengan Mbak Tutut. Lalu siapa yang bersih? pada titik ini harus di munculkan tokoh alternatip yang mampu menetralisir efek negatif ketiga calon tadi.
"Peran inilah yang harus di emban poros tengah baru." Komentar Haji Henri, muka baru yang ingin bertarung memperebutkan kursi DPRD Asahan tanggal 9 April Mendatang.
" Poros tengah baru ini harus bisa melahirkan tokoh selevel dengan jokowi, prabowo dan Wiranto. Saat ini kita tidak kekurangan tokoh. Banyak yang bisa di majukan." jelas Caleg PKS no urut 4 untuk Dapem Kisaran Timur-Kisaran Barat.
" Yang perlu kita ingat,  pembentukan poros tengah akan gagal terwujud jika pemilih tidak mau menyalurkan aspirasinya pada partai Islam, khususnya PKS, jika itu terjadi poros tengah baru hanya sebatas ide." ucap Haji Henri Siregar SH mengakhiri dengan rasa khawatir.
Ke khawatiran itu wajar saja, apalah artinya Calon Presiden Poros tengah nanti terpilih jika kekuatan poros tengah baru di parlemen hanya minoritas. Yang ada, sang Presiden akan di dikte parlemen. Mau poros tengah baru terwujud? dukung partainya dengan mencoblos di 9 april 2014. Bravo!

Tuesday, March 18, 2014

Pileg dibiarkan flu?

(KN) Menjelang pileg 9 April mendatang, distribusi logistik pileg mulai sampai kedaerah-daerah dan di tindak lanjuti dengan pelipatan kertas suara. Di samping sudah di mulainya masa kampanye oleh parpol peserta pemilu. Aktifitas ini, baik oleh KPU, Bawaslu dan Pangwaslu beserta Parpol seperti tidak memperdulikan persoalan hukum atau aspek legalitas dari pileg tersebut terkait dengan judicial review yg di lakukan oleh Efendi Ghozali. Semua seperti berjalan sendiri sendiri tanpa punya benang merah  yang menjadi pemersatu? Atau hal tersebut sengaja di biarkan dan menjadi celah saat pileg telah usai? Atau ini di biarkan demi alasan ekonomi semata? Atau mahkamah konstitusi(MK) sebagai biang dari legitimasi pileg sudah di plot untuk sebuah kepentingan? Yang kita tahu, Yusril Ihza Mahendra yang terus menyebarkan rasa khawatir atas legitimasi Pileg dan Pilpres lewat akun twiternya. Ia khawatir negara ini masuk dalam masa "chaos", di mana terjadi konflik horizontal yang berdarah-darah karena terpilihnya Presiden yang dianggap tidak syah oleh lawan politiknya.
Yusril juga memberi "warning" bila kondisi ini membuka peluang kepada militer untuk mengembalikan eksistensinya dalam menata negara ini. Jika itu terjadi kita memasuki fase kemunduran dalam bernegara. Dan harga tidak sebanding dengan menunda sejenak pileg demi pemilu yang syah secara hukum dan bertata negara. Oleh karena itu kita harus mendorong seperti Yusril, agar MK bisa meluruskan persoalan ini sebelum Pileg berlangsung. Atau kita tunggu besok 20/03, seperti harapan prof tata negara itu. Jika MK lupa meluruskan, berarti pemilu kali ini sengaja di biarkan "flu", dan ibu pertiwi akan terbatuk batuk dengan hidung tersumbat! Tak nyaman sama sekali.

Friday, March 14, 2014

Jokowi Maju, Peluang Poros Tengah Baru

(KN) Deklarasi pencapresan Jokowi oleh PDI-P pada jumat(15/03) di apresiasi banyak kalangan sebagai sikap negarawan dari seorang Megawati, yang selama ini dianggap sebagai pimpinan partai bercorak oligarki. Pengumuman ini juga mencatatatkan "analisis" gagal dari presiden twitter akun @triomacan2000 yang gencar menebar opini jika Mega bakal tidak merestui Jokowi. Dengan berbagai macam alasan dan catatan negatif.
Yang menarik, menurut beberapa pakar Jika Jokowi maju dalam pilpres, Calon dari partai lain pasti akan mengerucut menjadi satu atau dua calon saja sebagai pesaing, yang memiliki peluang kuat Ical, Prabowo dan Wiranto yg sudah terlanjur mengiklankan diri. Semua calon tersebut berlabel Nasionalis, artinya suara kaum Nasionalis akan terpecah pada empat kutub besar. Di balik partai nasionalis sebagai pendukung capres dan menguasai top survey, jelas ini membuka peluang untuk poros tengah baru, yang di telurkan oleh partai Islam, PKS sebagai penggerak bisa bermanuver untuk melahirkan tokoh yang kualifait untuk jadi presiden, dengan integritas sama dengan ke empat calon lain. Kesan yang selama ini, tokoh Islam hanya menampilkan wajah puritan dan eksklusif bisa di permak dengan label Islam Nasionalis yang lebih cerdas, atau meminjam istilah Ali Syariati, sebagai tokoh yang tercerahkan. Dari luar partai Nama-nama Anies Baswedan dapat di sandingkan dengan Yusril Ihza Mahendra, Hidayat Nurwahid, Gita Wiryawan atau Tri Rismaharini, walikota terpopuler saat ini. Poros tengah baru, harus siap untuk berkomitmen memajukan bangsa bukan bermain di balik sentimen semata. Karena masyarakat sudah muak dengan model pimpinan dari partai Islam yang menang karena dukungan islam centris tapi gak punya dampak ke masyarakat. Jika itu terjadi? Jokowi, I take my chance!

Tuesday, March 11, 2014

Pemilu, Yang Ngitung Punya Peran

(KN) Pernahkah anda merasakan, kalau sebagai pemilih kita tidak punya manfaat dalam setiap pemilu? Seharusnya pemilih punya otoritas untuk menentukan siapa pemenang dan mau di apan negara ini kedepan? Sayangnya, semua itu tidak terbukti, hampir setiap pemilu atau pilkada yang milih tersisihkan oleh kemampuan penghitung. Kita terus memplototi angka yang di tunjukkan quickcount di televisi, yang nota bene merupakan lembaga survey bayaran. Alhasil lebih penting yang menghitung suara daripada yang memiliki suara. Bila itu yang anda rasakan, anda tidak sendiri karena Prof. Yusril pun merasakan yang sama, seperti suara di twiternya kemarin dan di retwit oleh triomacan2000 pagi ini(12/03). Ini menandakan ada sesuatu yang salah dalam demokrasi kita, mungkin kah prinsip selagi ayam masih makan jagung semua bisa diatur? menyelusup jauh dari demokrasi kita? kita dan hanya kita yang bisa mengubahnya.

Polisi Simpati Di Kisaran

(KN) Biasanya setiap melintas di pangkal titi Kota Kisaran, tepatnya di dekat pos polisi. Setiap pengendara sepeda motor akan di serang rasa takut atau was-was akan ada razia. Semua kelengkapan berkendara yang tak lagi memenuhi undang-undang langsung terlihat di jidat dan berteriak-teriak minta di tangkap, ini memaksa pengendara ragu dan keringat dingin, maka berbagai alasan pun di siapkan.
Tapi tidak pagi ini(12/03) sekitar jam 07.10 wib, di tengah lalu lalang kendaraan bermotor, disisi kanan jembatan pangkal titi(dari kota) terlihat seorang anggota polisi berlaku simpatik, ia menggandeng tangan anak perempuan dengan memakai seragam sekolah dasar. Pak polisi menunggu kesempatan untuk mendapatkan celah agar bisa menyeberangkan anak tersebut ke sisi kiri jembatan, menuju pasar lama. Pemandangan itu sungguh menggugah KN. Inilah peranan polisi yang harus di kedepankan, menimbulkan simpati rakyat. Selamat bertuga Pak.

Sunday, March 9, 2014

Caleg Dan Alasan Basi

(KN) Pernah dengar jargon jargon seperti: bersama kami lebih baik, mari kita tingkatkan kesejahteraan rakyat atau Asahan yang sejahtera?. Jargon itu berseliweran menjelang setiap kampanye, mulai dari dengan format A4 fotocopy sampai baliho. Nyatanya setelah beberapa kali pemilu, jargon itu hanya sebuah jargon. Masyarakat banyak tak merasakan manfaat sama sekali. Bagi calon yang telah terpilih, ia merasakan manfaat sampai pensiun.
Lewat akun twitter @HMIcabAsahan mensinyalir, jargo jargon bernada kepentingan umum itu sudah basi, tak lagi menjadi daya tarik bagi pemilih. Karena realitas yang ada taklah demikian. Inilah sumber politik uang yang hinggap di benak pemilih awam. Dari pada tak dapat sama sekali, bagus dapat sekali dalam 5 tahun, alamak? poning aku.

Saturday, March 8, 2014

Telkomsel Gagal Deteksi Gangguan Di Kisaran

(KN) perhatikan twit berikut @Telkomsel: @KisaranNews Kendalanya sejak hari ini yaa? Kami cek gak ada info gangguan kok. Keterangan sinyal yang muncul apa yaa? -Via , sepertinya kendala yang di alami pelanggan simpati dengan gajed smarphone antara jam 12.00 s/d 13.30 tadi(08/03) di Kisaran dan sekitar tidak termonitor pihak telkomsel. Ini terlihat dari balasan atas pertanyaan @KisaranNews, yang sempat gagal komunikasi dengan teman yang membutuhkan bantuan. Terganggunya jaringan telkomsel pada waktu tertentu juga pernah terjadi beberapa waktu yang lalu, sekitar jam 08.00 s/d 11.00 wib, dimana setiap smarphone tidak bisa menelpon, sms dan akses data. Sedangkan untuk pengguna feuture phone masih berfungsi. Sewaktu hal tersebut di konfirmasi salah seorang pengguna kartu as berinisial HW ke graphari Kisaran dengan gejet nokia asha, salah seorang costumer servis  menyatakan memang ada gangguan jaringan. Hal itu juga di alami pengguna smarphone blackberry dan samsung galaxi. Untuk kejadian sekitar siang hari sabtu ini, konfirmasi tidak kita peroleh dari graphari kisaran yg di lakukan via twitter. Tapi balasan datang dari akun twitter @telkomsel yang sama sekali tidak tahu situasi, mudah mudahan kedepan layanan jaringan seluler telkomsel bisa lebih baik lagi untuk Kisaran dan sekitarnya.

Friday, March 7, 2014

Jaringan Telkomsel Terganggu Di Kisaran

(KN) Sekitar jam 12.05 seorang rekan menelopon dengan menggunakan jaringan telkomsel(kartu simpati), setiap telepon masuk diangkat langsung putus. Karena gagal terus, KN mencoba meng "call" balik ternyata panggilan langsung di batalkan. Saat itu masih di yakini hendset yang bermasalah sehingga pengaturan dan restart di jalankan, ternyata hal yang sama masih terus terjadi dimana panggilan masuk begitu di terima langsung putus. KN mencoba terus mengakali untuk bisa mendapat kabar dari rekan tersebut lewat sms, juga tidak ada konfirmasi terkirim. Melalui akun twitter KN meminta penjelasan @Graphari_Kisaran juga gagal terkirim.
Baru sekitar jam 13.48 panggilan masuk dari rekan tersebut dapat di terima dan di peroleh kabar kalau ia tadinya meminta tolong untuk menemani mertuanya yang masuk rumah sakit swasta di Kisaran. Saat kabar di terima rekan tersebut yang tadinya di Bandar Pulo sudah berada di rumah sakit yang bersangkutan. Atas kegagalan ini komunikasi ini KN mencoba meminta penjelasan graphari kisaran dan telkomsel via twiter, sampai tulisan ini di buat, penjelasan dari operator seluler terbesar di republik ini belum di terima. Perlu di ketahui KN menggunakan samsung galaxi young dengan paket data smarphone samsung 2G.

Monday, March 3, 2014

Sigit dan Harapan Perbaikan

(KN) Beberapa tahun yang lalu, saat KN masih jadi kuli tinta di sebuah harian di Medan. Tepatnya antara 2002 dan 2003, kerap kali mengambil komentar dari Sigit Pramono Asri dari PKS, kalau tak silap beliau bergabung di fraksi PPP. Saat itu, PKS belum seperti sekarang ini. Masih jadi partai kecil, syukurnya tidak bergabung pada fraksi gabungan.
Sosok Sigit, yang santai dan cerdas cukup nyaman komentarnya di jadikan bahan tulisan baik yang bersifat street news maupun deep report, terutama berkaitan dengan masalah dan kendala yang terjadi di Sumut kala itu. Secara pribadi KN memasukkan Sigit pada kategori anggota dewan yang tidak terbawa rendong. Termasuk pada saat pemilihan Gubsu Rizal-Rudolf yang merupakan pasangan gubernur terakhir yang di pilih Dewan, sebelum pilgub langsung. Beserta dinamika yang terjadi pada saat itu.
Kemudian ketika KN meninggalkan dunia tulis menulis di surat kabar, Sigit  yang kelahiran Asahan, dan merupakan alumni SMA N 1 Kisaran mencalonkan diri sebagai Walikota Medan, menantang Abdillah yang juga incumbent dan terlihat superior. KN dengan konsisten memilih Sigit, sejarah tertulis Sigit dan pasanganya kalah. Ketika KN, disinggung atas kekalahan itu oleh tetangga, KN beralasan; agar Abdillah tahu masih ada warga Medan yang tidak memilih dia. Sejarah juga mencatat Abdillah tak maksimal menjalankan tugasnya karena harus menginap di hotel prodeo, dalam kasus Damkar.
Setelah sepuluh tahun, tiba-tiba KN menemukan poster dukungan pencalonan Sigit untuk DPR RI, pada no urut 2,  dapil Asahan, Tanjung Balai dst. Tentu saja kesan positip yang selama ini terekam merupakan sebuah alasan untuk tetap mengikuti sepak terjangnya, seperti ketika ia berduet dengan Hanif Ray. Selamat berjuang Bang Sigit, harapan untuk perbaikan kami letakkan di pundak mu.

Sunday, March 2, 2014

ANIS MATTA, DIMANA NILAI “JUALNYA” ?

(KN) Disela-sela pertandingan Arsenal vs Stoke City, KN menyempatkan diri untuk mengulas kehebohan atas pencalonan Anis Matta pada salah satu portal berita ternama di negeri ini(01/03). Sambil merenung, mencoba mengingat kembali apa-apa saja kesan yang muncul tentang Anis, yang juga Presiden PKS. Tapi setelah beberapa menit, tak secuil pun kesan negarawan yang muncul dari sosok itu. Yang ada hanya kita heroiknya mencoba menyalamatkan muka PKS, saat presiden terdahulu terperangkap kasus “daging sapi impor”. Atau keberanian Anis saat menampilkan salah satu istri poligaminya ke publik. Itu saja!
Walau pun begitu, Anis masih harus kita acungi jempol. Soalnya ia ketua partai yang kedua berani menonjolkan diri, setelah Hatta Rajasa dari PAN yang mencalonkan  jadi Presiden RI pada beberapa bulan mendatang.
Sekarang mari kita pertimbangkan Pencalonan Anis. Berdampak positip terhadap PKS atau malah sebaliknya. Dari beberapa pemberitaan, baik cetak maupun elektronik keberadaan PKS ini di luar harapan publik, dari survei saja, partai ini tidak masuk lima besar. Ia di kalahkan PDI-P sebagai pemuncak, Golkar, Nasdem sebagai partai baru, Gerindra dan Hanura. Kemerosotan ini sebenarnya tak jauh dari kegagalan PKS dalam mempertahankan dirinya sebagai partai Islam. Sebagaimana khalayak ramai paham, PKS lahir dan hadir untuk mewadahi individu individu yang memiliki harapan dan cita-cita, Islam bisa mewujudkan amanat UUD 1945 yaitu menuju masyarakat adil dan makmur. Dengan cara-cara yang legitimet, elegan, santun, bersih sesuai syariah Islam. Setelah tiga kali mengikuti pemilu sepertinya partai ini tak kuat bertahan dari “aneksasi kebudayaan berpartai” yang ada saat ini. PKS mulai bertransformasi perlahan menyerupai wajah PPP, yang tak lagi jadi pilihan Individu-individu cerdas yang masih menjadi Islam sebagai Harapan.  Sebagaimana kita mafhum PPP kini hanya mengandalkan pemilih tradisional yang terus menyusut jumlahnya. Fenomena ini hendaknya cepat di sadari oleh PKS dan seluruh anggotanya. Kalau mau jujur daya tarik PKS menjadi pilihan pemilih, terletak pada idealis Islam yang ia pegang. Jika itu di “telantarkan” seperti makin tidak terakomodirnya faksi keadilan yang ada dalam tubuh partai ini. Maka sia-sialah aktivis Islam kampus yang pernah berjibaku membangun pondasi partai ini di awal tahun sembilan puluhan, saat KN masih berstatus mahasiswa.

Rencana Anis yang akan mengetuk satu juta pintu rumah, untuk memulai kampanye sebagai calon Presiden, tanpa nilai jual yang bisa ia tawarkan pada masyarakat ramai kelak hanya akan mendapatkan tanggapan dingin. Jika segenap unsur yang berkepentingan terhadap PKS tidak mampu membangun karakter baru, yang bisa memalingkan wajah setiap pemilih yang mulai menghindar untuk kembali kearah semula. PKS, saat ini sebenarnya membutuhkan uluran tangan dari pihak di luar partai yang bisa menutupi noda hitam yang terlanjur melekat akibat skandal sapi impor. Skandal ini walau di yakini akun @triomacan2000 sebagai akibat rekayasa untuk menjatuhkan citra partai, tetap saja di geber media secara simultan dan mengikis secara perlahan kepercayaan pemilih simpatisan. Jadi PKS harus melirik sosok bersih yang memiliki sikap kenegarawan yang tangguh untuk di orbitkan di pentas politik nasional,sekaligus jadi jembatan  untuk penyempurnaan Islam sebagai pensejahtera rakyat Indonesia, bukan semata-mata kekuasaan belaka. Kepercayaan diri PKS saat ini untuk menampilkan sosok internal bisa menjadi blunder yang akan sulit untuk di bangkitkan kembali pada kesempatan pemilu berikutnya, walau keberhasilan PKS dalam menampilkan kadernya di tingkat daerah mengalami keberhasilan yang menakjubkan. Cukuplah di ingat, menang dalam setiap pertempuran bukan berarti memenangkan seluruh peperangan. Kita masih melihat eksistensi Anis Matta beberapa bulan kedepan sebelum Pileg berlangsung, menjual atau tidak sama sekali!