Tuesday, May 17, 2016

Madrasah Aliyah: Antara Kualitas & Pembinaan!

(18/5/16) Persaingan antar institusi pendidikan untuk mendapatkan siswa dalam setiap tahun pelajaran sangat tergantung pada kompetensi lulusan dan kecepatan beradaptasi terhadap pasar atau market di masyarakat.
Saat ini status institusi pendidikan hanya ada dua, yang pertama sekolah/madrasah negeri dan yang kedua di kelola oleh swasta.
Untuk sekolah negeri, hampir di setiap kecamatan , khususnya di kabupaten Asahan sekolah negeri dari tingkat dasar sampai menengah bisa eksis. Dan sudah mampu mengcover kebutuhan masyarakat banyak. Sebaliknya untuk madrasah negeri, pemerataan satu di setiap kecamatan belum bisa tercapai. Bahkan di tingkat menengah, Madrasah Aliyah Negeri(MAN) di Asahan hanya satu. Kondisi tersebut terseimbangkan dengan banyak Madrasah Aliyah Swasta(MAS) di setiap kecamatan walau kondisinya mulai "megap-megap" sejak sepuluh tahun yang lalu.
Pada kondisi kekinian, keberadaan MAS di tiap kecamatan yang kalah bersaing dengan SMAN mulai tergerus dan berganti baju. Medio April yang lalu menurut salah seorang kepala MAS, ada sebelas madrasah yang akan berakhir eksistensinya. Dan mereka berencana bergabung dengan dinas pendidikan kabupaten. Menurut tokoh tersebut, peralihan itu disebabkan oleh kurangnya pembinaan dari MAN dan Kemenag Asahan. Sehingga upaya perbaikan tidak pernah ada. Bahkan tak jarang keberadaan madrasah ini jadi lahan yang siap di panen.
Dari pengamatan KN, kondisi seperti tersebut diatas terlihat nyata di lapangan. MAN yang di klaim memiliki segudang prestasi, demi terlihat "wah" dan sejajar dengan SMAN elite di Asahan, mencoba memposisikan diri penerimaan siswa baru lebih dahulu dari sekolah menengah atas negeri mana pun di Asahan. Harapannya, MAN dianggap lebih baik dari SMAN yg ada. Di satu sisi persepsi tersebut ada betulnya. Namun jika di tinjau dari segi pembinaan apa yang dilakukan MAN tersebut jauh panggang dari api. Menurut salah seorang warga Asahan yang peduli dengan keberadaan Madrasah swasta, curi start penerimaan siswa baru ini berdampak kurang baik terhadap MAS. Ia menjelaskan, jika sebelum-sebelumnya MAS berharap dari potensi siswa yang tidak lulus di MAN yang mengisi kelas-kelas mereka. Maka hal tersebut akan sangat sulit terwujud untuk tahun ini. Yang tidak lulus di MAN kali ini masih bisa mendaftar SMAN, yang sampai tulisan ini di buat belum membuka pendaftaran sama sekali!
Pada detik ini, para pecinta madrasah bertanya? Apakah yang mau di kejar? Prestasi? Apa manfaat prestasi jika MAS di Asahan berguguran. Atau harus kita menuntut MAS sejajar dengan MAN dengan sumber daya terbatas?