(KN) Sekitar tahun delapan puluhan dan sembilan puluhan, pasar pagi rindam merupakan tempat favorit ku berlibur. Terang saja, pas di pinggir pasar ada kios pangkas rambut kakek, sedikit kebelakang disitu rumah kakek ku dari pihak ibu.
Dulu pasar pagi ini tempat bertransaksi penghuni asrama rinif dam 1 bukit barisan dan warga di sekitarnya. Mulai dari bahan pokok, sayur mayur, buah-buahan dan kebutuhan ringan lainnya. Yang paling ku kenang adalah buah rukam manis, masih di jualkah disana?
Setelah 20 tahun lebih, kini aku berkesempatan kembali kesini beserta keluarga besar kami(20/4). Kebetulan adik no 2, membangun di warisan ibu yang di berikan kakek. Suasana pasar pagi tetap tidak berubah. Yang berubah hanya halaman rumah kakek yang terletak di simpang dua pasar pagi. Kios pangkas kakek, yang dulu menjadi tempat calon tentara memotong rambut kini sudah tidak ada, berganti ruko kepunyaan paman yang bekerja di Pantai Gading Afrika. Disebelah rumah kakek dulu ada lapangan bulu tangkis kini berubah jadi ruko adik no 2. Bagian belakang yang dulunya tempat mandi dan dapur kini jadi rumah bertingkat, paman yang bekerja di dinas pendidikan P. Siantar. Tinggal lahan kosong di sebelah, dulunya tempat nenek bercocok tanam. Sang pemilik paman nomor 8, sudah berpulang kerahmatullah akibat kecelakaan lalulintas. Tempat tugas terakhir MAN Pematang Bandar.
Seperti telah disinggung diatas, ini tempat favorit ku berlibur. Di rumah kakek, aku seperti berada di surga buku dan ladang pengetahuan, tempat bertanya dan menambah wawasan. Ini seperti tempat mercusuar ilmu buat ku. Dan kakek ku, seorang tukang pangkas sekaligus purnawirawan angkatan darat, dengan pangkat terakhir Peltu, merupakan Galileo Galilai buat ku. Ia sendiri harus kembali ke sang pencipta di tahun 2000. Ampunkanlah dosanya.
Itulah kenangan yang selalu membuatku takkan lupa dengan pasar pagi rindam di Kota Pematang Siantar.
Saturday, April 19, 2014
Pasar Pagi Rindam Siantar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment