(KN) Beberapa tahun yang lalu, saat KN masih jadi kuli tinta di sebuah harian di Medan. Tepatnya antara 2002 dan 2003, kerap kali mengambil komentar dari Sigit Pramono Asri dari PKS, kalau tak silap beliau bergabung di fraksi PPP. Saat itu, PKS belum seperti sekarang ini. Masih jadi partai kecil, syukurnya tidak bergabung pada fraksi gabungan.
Sosok Sigit, yang santai dan cerdas cukup nyaman komentarnya di jadikan bahan tulisan baik yang bersifat street news maupun deep report, terutama berkaitan dengan masalah dan kendala yang terjadi di Sumut kala itu. Secara pribadi KN memasukkan Sigit pada kategori anggota dewan yang tidak terbawa rendong. Termasuk pada saat pemilihan Gubsu Rizal-Rudolf yang merupakan pasangan gubernur terakhir yang di pilih Dewan, sebelum pilgub langsung. Beserta dinamika yang terjadi pada saat itu.
Kemudian ketika KN meninggalkan dunia tulis menulis di surat kabar, Sigit yang kelahiran Asahan, dan merupakan alumni SMA N 1 Kisaran mencalonkan diri sebagai Walikota Medan, menantang Abdillah yang juga incumbent dan terlihat superior. KN dengan konsisten memilih Sigit, sejarah tertulis Sigit dan pasanganya kalah. Ketika KN, disinggung atas kekalahan itu oleh tetangga, KN beralasan; agar Abdillah tahu masih ada warga Medan yang tidak memilih dia. Sejarah juga mencatat Abdillah tak maksimal menjalankan tugasnya karena harus menginap di hotel prodeo, dalam kasus Damkar.
Setelah sepuluh tahun, tiba-tiba KN menemukan poster dukungan pencalonan Sigit untuk DPR RI, pada no urut 2, dapil Asahan, Tanjung Balai dst. Tentu saja kesan positip yang selama ini terekam merupakan sebuah alasan untuk tetap mengikuti sepak terjangnya, seperti ketika ia berduet dengan Hanif Ray. Selamat berjuang Bang Sigit, harapan untuk perbaikan kami letakkan di pundak mu.
Monday, March 3, 2014
Sigit dan Harapan Perbaikan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment